Indramayu identik sekali dengan sebutan sebagai kota mangga, yang dimana didalamnya terdapat bermacam-macam mangga yang sangat variatif dan mempunyai aneka rasa yang bermacam-macam, tak hanya sampai itu saja, kebudayaan dan kultur Indramayu juga sangatlah unik, Salah satunya adalah segerombolan orang yang mengatas namakan dirinya “DAYAK LOSARANG”, mungkin disatu sisi ini adalah sebuah unsur kekayaan dan keunikan dari masyarakat Indramayu, tapi disisi lain, banyak juga orang beranggapan dan yang tak sepemahaman (Kontra) yang memandang dan mengklaim bahwasannya dayak losarang itu adalh segerombolan komunitas yang cara peribadatannya bertentangan dengan norma ajaran islam, karena dayak losarang itu bukan warisan dari leluhur kita atau lebih dikenal dengan budaya, dayak losarang itu awal mulanya terdengar sangat santer ditelinga penduduk Indramayu kurang lebih 10 tahun yang lalu,mereka tinggal di tanah Indramayu dan menetap dikecamatan Losarang, yang lebih anehnya lagi pemeluk ajaran dayak Losarang yang dipimpin oleh Sepuh Takmad Diningrat, itu semuanya orang yang Beragama dan taat dalam menjalani ibadatnya, pun Takmad Diningrat yang mengaku sebagai Tokoh Masyarakat yang berpengaruh dan dihormati oleh pengikut-pengikutnya, dan ada salah satu Aktifis Indramayu yang dulunya pernah kuliah disalah satu Universitas yang ada dibandung, yang sebagai mana dia ditunjuk sebagai Juru bicara Dayak Losarang dan sekaligus dia juga sebagai Pemeluk dan penganut ajaran-ajaran Takmad Diningrat itu.Mungkin dari perspektif sahabat-sahabat yang membaca artikel ini bingung dan banyak sekali pertanyaan-pertanyan yang terbesit dalam benak kita, Apakah dayak Losarang itu termasuk bagian dari leluhur Indramayu atau dikenal dengan sebutan budaya, atau hanya segerombolan komunitas yang mengada-ada yang aktifitas adat dan beribadatnya itu Inkonsekuensi Rasio !!
Menurut salah satu mahasiswa di Universitas Pangeran Dharma Kusuma Segeran Indramayu (UNIDARMA), pernah mengungkap, bahwasannya Dayak Losarang itu hanya segerombolan orang yang ingin eksis dan bukan sebuah budaya, namun lebih dikenal dengan sebutan Inkonsekuensi Rasio, dan dari segi sudut manapun tetap, Dayak Losarang itu hanya segerombolan Orang-Orang yang kurang waras “ujar salah satu mahasiswa Unidarma yang bernama Nanang Sugiana”.
Dan perdebatan inipun semakin memanas dan meruncing, ketika ada salah satu dosen meyakinkan, bahwasannya dayak Losarang Itu adalah sebuah warisan budaya dari leluhur kita, akan tetapi, ketika salah satu Dosen Itu mengungkap dan bilang bahwasannya Dayak Losarang adalah sebuah warisan dari leluhur Indramayu. Mahasiswa yang bertempat tinggal di Desa Loyang ini juga mengatakan bahwa kita juga harus melihat bahwasannya ketika sebuah salah satu komunitas sudah menggap dirinya adalah bagian dari budaya peninggalan Indramayu, maka harus mempunyai Referensi yang Radik, jangan sampai hanya bersifat Aksioma yang dijadikan dogma oleh pemeluk Dayak Losarang nanti.
Dan kalo kita fahami secara seksama, arti dari budaya itu adalah sebuah Individu yang percaya dan mempercayai tantang sesuatu dan melakukannya, dan mengajak orang lain, hingga terbentuklah satu komunitas, akan tetapi setelah terbentuknya satu komunitas, bukan berarti komunitas tersebut bisa langsung dikatakan sebagai bagian dari budaya kita, yang harus digaris bawahi adalah, kepercayaan komunitas tersebut harus diturun temurunkan dari mulai leluhur sampai Cangga wareng, dan itu baru boleh dikatakan sebagai bagian dari budaya kita indramayu, akan tetapi kalo Dayak Losarang itu lebih Lazim kita sebut Inkonsekuensi Rasio.
Sumber: Nanang Sugiana Pmii Indramayu
1 comment:
leluhur wong dermayu iku jarene raden wiralodra, apa bengen raden wiralodra budaya kaya dayak losarang?. kula yakin ora. karena raden arya wiralodra menurut cerita budaya ora kaya dayak losarang
Post a Comment