Unknown Gempa Chili 2010 Thursday, July 28, 2011 Masih ingat gempa besar awal tahun 2010 di Chili? Negara Chili memang jauh dari Indonesia, tapi tidak ada batas daratan di antara kita dan n... 5

Gempa Chili 2010

Masih ingat gempa besar awal tahun 2010 di Chili? Negara Chili memang jauh dari Indonesia, tapi tidak ada batas daratan di antara kita dan negara ini.
Cukup berlayar ke arah timur hingga lepas ke samudera pasifik, kemudian setelah mengarungi lautan ini, kita akan tiba di pantai negara tersebut. Akibatnya sempat terjadi kekhawatiran tentang adanya tsunami besar di perairan Nusantara.
Apakah gempa ini berkorelasi langsung atau tidak langsung dengan kebejatan moral? Tentu saja tidak. Laporan hasil penelitian terbaru dari jurnal ilmiah Nature edisi 9 September 2010 berjudul 2010 Maule earthquake slip correlates with pre-seismic locking of Andean subduction zone menjelaskan apa yang berkorelasi dengannya. Lihat kata korelasi disitu. Gempa Maule, nama lokasi gempa Chili tersebut, berkorelasi dengan penguncian zona subduksi Andes pra gempa. Well, istilah “penguncian zona subduksi pra gempa” mungkin terlalu teknis dan sulit dimengerti bagi anda, tapi istilah itu sama sekali bukan berarti kebejatan moral.

Peta lengseran yang terjadi sebelum dan sesudah gempa dari UCSB
Mungkin akan lebih dimengerti apa yang dimaksud para ilmuan tersebut memakai analogi. Saya akan membawa sebuah istilah yang membuat anda gatal menyebutnya kebejatan moral, istilah itu adalah restleting. Yup. Gempa Maule tanggal 27 februari 2010 itu bisa di analogikan sebagai restleting celana. Yup. Restleting celana seorang yang gemuk. Ia merasa perutnya semakin gemuk dan pada akhirnya terpaksa melepas restleting celananya, dan terjadilah gempa.

Kondisi pasca tsunami karena gempa di pantai Chili
Marcos Moreno, Matthias Rosenau dan Onno Oncken, tiga peneliti dari Pusat Penelitian Geosains Jerman, GFZ,  memeriksa data pergerakan daerah tersebut selama 13 tahun sebelumnya (1996 – 2008). Mereka juga mempelajari pola retakan rumit yang dihasilkan oleh gempa sebesar 8.8 skala richter tersebut. Hasilnya, mereka menemukan sebuah model matematika yang sesuai. Sebuah model yang menghubungkan antara data pergerakan dengan pola retakan gempa tersebut.
Pengamatan GPS 13 tahun tersebut menunjukkan pola regangan yang telah menumpuk di sepanjang gerakan lempeng selama 175 tahun terakhir. Persebaran regangan yang diambil dari pengamatan tersebut ternyata berkorelasi langsung secara signifikan dengan persebaran retakan saat gempa Maule. Guncangan yang dihasilkan gempa Maule pada dasarnya membuang semua regangan yang telah menumpuk semenjak gempa terakhir di daerah ini. Gempa terakhir terjadi tahun 1835, yang juga disaksikan oleh Charles Darwin saat ia berlayar ke Galapagos. Dengan lepasnya semua regangan ini, gempa yang besarnya kurang lebih sama dengan kemarin tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Sebuah museum yang rusak karena gempa
Seperti anda telah lihat paparannya, sang pria gemuk tersebut adalah pegunungan Andes di jantung Amerika Selatan. Regangan yang menumpuk adalah perutnya yang bertambah gemuk dan gempa tersebut adalah saat terbukanya restleting untuk membuat lega perut yang buncit tersebut.
Menurut penjelasan profesor Onno Oncken, ketua jurusan geodinamika di Pusat Penelitian Geosains Jerman, gempa Maule merupakan gempa terbesar yang tercatat sepenuhnya lewat jaringan geodetik ruang angkasa dan perlengkapan geofisika di bumi. Karena ini, lebih mudah bagi para ilmuan untuk mempelajarinya lebih detil.
Pengukuran menggunakan sistem navigasi satelit GPS menunjukkan kalau lantai lautan di lempeng Nazca di Samudera Pasifik tidak menggeser dengan sama besar di bawah perbatasan barat benua Amerika Selatan. Justru yang tampak dari pengukuran GPS adalah sebagian lantai samudera ini terkunci dengan sub permukaan benua. Hasilnya adalah regangan yang tidak sama dan akhirnya terlepas pada tanggal 27 Februari. Tepat seperti sebuah restleting, bagian yang terkunci itu tersobek satu demi satu. Hasilnya, celah seismik di lepas pantai Chili sekarang tertutup, satu celah terakhir tetap ada di utara Chili. Disini, para ilmuan GFZ membuat pusat pengamatan perbatasan lempeng, untuk menggunakan sejumlah besar peralatan ilmu bumi guna mencatat kondisi sebelumnya, saat dan setelah gempa terjadi, inilah langkah penting dalam memahami proses tektonik lempeng.
Sains kebumian modern mungkin masih belum mampu meramalkan lokasi, waktu dan besarnya sebuah gempa. Namun penelitian Moreno et al menawarkan sudut pandang yang optimistik mengenai kemampuan meramalkan pola retakan dan besarnya gempa.  Memang cukup ironis kalau kita belajar hal seperti ini setelah sebuah bencana sebesar gempa Chili, tapi hey, setidaknya kita tidak menyalahkan siapa-siapa. Lagi pula gempa Chili yang sebesar 8.8 skala richter hanya menelan korban 802 orang, bandingkan dengan gempa di negara kita.

Sumber:
http://www.faktailmiah.com/2010/09/11/gempa-chili-2010.html

Related Posts On Berita Fisika

No comments:


Copyright © Desa Loyang

Sponsored By: Free For Download Template By: Fast Loading Seo Friendly Blogger Template