Assalamu’alaikum..
Ba’da tahmid dan Hamdalah.
Jujur, tidak pernah ada keinginan
atau harapan untuk pergi meninggalkan kota perantauanku, Yogyakarta. Aku sudah
betul-betul mencintai kota pelajar itu. Banyak sekali pengalaman berharga yang
kudapatkan di sana. Ilmu dari kampus, ilmu dari berbagai kajian dan kegiatan,
sahabat-sahabat baik. Rasanya aku benar-benar tidak bisa keluar dari Jogja. Dengan
setulus hati, ku katakana aku cinta pada Jogja.
Telefon dari ibu terus terngiang di
telingaku. Sejak kelulusanku sebulan yang lalu aku memang berniat stay di Jogja
sambil mengajar di TKIT. Tiba-tiba ibu memintaku pulang ke kampung halaman.
Bekerja di kota kelahiran agar bisa dekat dengannya.
“Sejak
SMP dan SMA kamu di pesantren. Jauh dari orang tua. terus kuliah 4 tahun. Masa
sekarang mau kerja di tempat yang jauh lagi. Sudah, kalau di sini ada pekerjaan
yang bagus, mending kesini aja. Susah seneng kita sama-sama disini.”
Akhirnya luluh hatiku luluh juga.
Padahal sejak awal aku ingin tetap di Jogja. Mencoba terus bernegosiasi dengan
ibuku. Tapi kali ini, permintaan ibu tidak bisa lagi ku tawar. Ibu tetap
meminta untuk boyong kembali ke kampung halaman.
Ini benar-benar di luar pemikiranku.
Yang tadinya aku sudah lurus untuk tetap di Yogyakarta, mengajar TK dan
berkarir disana. Tiba-tiba di belokkan dalam beberapa menit telefon. Sejak saat
itu setiap malam aku terus merenungkan, apa yang seharusnya ku lakukan.
Ya, apa yang harus ku lakukan?
Mempertahankan egoisku untuk tetap di
Jogja, bekerja meski belim mapan dan tentu masih menodong orang tua untuk
beberapa keperluan membayar kos. Atau Birrul walidain, berbakti pada orang tua
yang telah memberikan begitu banyak hal dalam hidupku ini.
Setelah berfikir panjang, meminta
pendapat dari beberapa sahabat, aku memutuskan untuk mengikuti keinginan ibuku.
Aku pulang. Bahkan saat aku baru siap berperang. Semua harapanku untuk bisa
sukses di kota perantauan harus ku buat plan baru untuk kehidupanku yang baru
di kota kelahiran. Otomatis, aku harus memulai karir dari nol. Mencari
pekerjaan yang ku tahu amat sangat tidak mudah. Meskipun kini, aku telah
menyandang gelar S1. Apalagi aku seorang perempuan.
Namun, di balik semua kegalauan,
keresahan dan berbagai kegelisahan yang ada. Aku yakin, haqqul yakin bahwa
Allah akan memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Yang perlu ku lakukan adalah
mengusahakan yang terbaik dengan iringan do’a dan dzikir yang tiada henti.
Bismillah, bu… dengan mengikuti
permintaanmu, semoga berbuah kebaikan untukku di masa mendatang. Do’akan anakmu
selalu….^_^
Author : Zias G Farrezma
No comments:
Post a Comment